24 Januari 2009

TAWARAN YANG MENGGIURKAN

Ini cerita yang mungkin akan banyak menjadi bahan tertawaan. Saya sengaja menceritakan kisah ini agar mata kita terbuka akan sebuah fenomena yang masih tak lazim dalam pandangan kita. Bahkan dikesankan adalah sebuah hal tabu. Padahal itu adalah sebuah hal yang baik dan halal. Tidak ada kejelekan didalamnya selain kesombongan kita dalam menolaknya.

Baiklah kita mulai saja. Kisah ini bersamaan kejadiannya dengan saat kami menunggu bus untuk pergi ke kampus (lebih detilnya baca Sampai Magrib Pun). Saat menunggu itu, kami kenalan dengan 3 orang asli Kedah yang bekerja sebagai kaki tangan (Karyawan) di Kolej Bukit Kachi. Satu perempuan dan 2 orang laki-laki. Kami ngobrol kemana-mana, karena memang tidak ada bahan pembicaraan yang khusus untuk dibicarakan. Mulai dari tanya asal, tinggal dan kuliah dikolej apa, berapa jumlah kami semuanya, sampai masalah kosakata.

Ketika mereka mengetahui kami datang dari indon ( sebutan Indonesia di sana), maka mereka bertanya apa sebutan laki-laki dalam bahasa Indonesia, kami jawab "cowok". Cowok! mereka mengulangi dengan tertawa, kosa kata yang aneh bagi mereka. Kalo perempuan? mereka bertanya lagi. "Cewek" jawab kami. Kembali mereka tertawa. dengan logat Kedah mereka mengulangi menyebut cowok dan cewek, masih dengan di iringi deraian tawa. Kami pun ikut tertawa.

Kemudian mereka bertanya lagi berapa cowok dan cewek dalam rombongan kami. Delapan cowok dan satu cewek" jawab kami. Mendengar jawaban kami tersebut, mereka terheran-heran. Geleng-geleng kepala, seakan tidak percaya.

Mengapa mereka keheranan? Inilah entry point cerita yang hendak saya sampaikan. Di Malaysia, terutama di negeri Kedah, jumlah perempuan lebih banyak 3 kali dari jumlah laki-laki. Hal ini nampak jelas dari jumlah perempuan yang kuliah di UUM yang hampir sebagian besarnya adalah warga Malaysia. Setiap hari yang kami jumpai baik di Kolej maupun di Kampus adalah kumpulan perempuan dalam jumlah banyak, sedang laki-lakinya bisa di hitung dengan jari, atau paling banyak belasan.

Makanya ketiga orang kaki tangan Kolej Bukit Kachi tersebut merasa heran dengan minimnya jumlah perempuan yang ada dalam rombongan kami. Mereka kemudian bertanya berapa perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan di Indonesia? kami jawab 1:2. O... respon mereka lagi-lagi terdengar keheranan.

Seorang lelaki dari mereka kemudian berkata. Kurang lebih maksudnya begini " kalau kalian mau, kalian bisa kawin disini. karena banyaknya perempuan, kalian bisa dapat 3-4 orang istri. bagaimana?". Mendengar pertanyaan itu kami kelabakan menjawabnya. Terus terang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan semacam itu. Sulit sekaligus menggiurkan. Apalagi mereka menambahkan gadis-gadis Malaysia disini "comel/lewok/geuwok. Atau dalam bahasa kita gadis-gadis Malaysia itu cantik-cantik.

Wow...kami sangat terkesan dengan tawaran dan penjelasan mereka. Kami percaya apa yang dikatakan mereka tentang gadis Malaysia itu sepenuhnya benar. Tetapi dengan diplomatis kami menjawab" kami tidak lama disini, hanya satu bulan saja, sehingga hal tersebut tidak mungkin kami lakukan".

Kembali kepada kata-kata pendahuluan saya di atas. Saya mengatakan bahwa ada sebuah fenomena yang masih bermasalah dalam pandangan kita, bahkan kita cenderung menolaknya. Fenomena tersebut adalah "Poligami". Padahal sesuai dengan ajaran agama Islam, poligami adalah hal yang baik dan halal. Apalagi di tambah realita jumlah perempuan yang berlipat-lipat jumlahnya di banding jumlah laki-laki. Poligami menjadi solusi, agar setiap insan dapat berpasang-pasangan sesuai kodrat ilahi. Di Malaysia, terutama di Kedah, fenomena poligami sudah menjadi perbuatan legal dan terhormat dalam rangka distribusi hak berumah tangga bagi setiap insan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Bagaimana di Indonesia? Bagaimana dengan anda?

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar