01 Maret 2009

KAU INI BAGAIMANA : SEBUAH SATIRE

Mendengar deklamasi puisi Gus Mus ini saya sangat tersentuh. Waktu itu sudah pukul 22.00. Keheningan malam desa semakin menambah larut peresapan kata demi kata dalam hati saya. Sungguh relevan apa yang disampaikan penyair dalam bait demi bait yang mengalun polos, terbuka apa adanya, tanpa tedeng aling-aling ini. Bisa kita katakan kata-kata itu "menendang telak tepat sasaran". Dan saya adalah salah satu orang yang merasa tertendang olehnya. Sangat keras. Dan saya hanya bisa tersenyum pahit untuk itu.

Mungkin anda akan merasakan hal yang sama dengan saya begitu membacanya. Mungkin juga tidak. Monggo saja. Yang pasti saya sangat terpesona dengan isi puisi ini. Sebuah satire politik yang walaupun di tulis 22 tahun yang lalu tetapi seakan-seakan gambarnya adalah hari ini, dimana kondisi perpolitikan dan elite politik bangsa kita dengan telanjang tampak dimata.

Ah... mungkin saya yang terlalu cepat tersentuh. Mudah terbawa emosi dan sentimentil. Tetapi itu yang terjadi, saya tidak bisa apa-apa. Dan dengan sepenuh hati saya mengamini apa yang dimaksud penulis.

Mungkin anda mau menyimaknya? Bait-bait dibawah ini adalah puisi itu. Selamat meresapi.

***

KAU INI BAGAIMANA ATAWA AKU HARUS BAGAIMANA?

Kau ini bagaimana? Kau bilang aku merdeka... kau memilihkan untuk ku segalanya. Kau suruh aku berpikir... aku berpikir... kau tuduh aku kafir.

Aku harus bagaimana? Kau bilang bergeraklah... aku bergerak kau curigai. Kau bilang jangan banyak tingkah... aku diam saja kau waspadai.

Kau itu bagaimana? Kau suruh aku memegang prinsip... aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku. Kau suruh aku toleran... aku toleran kau bilang aku plin plan.

Aku harus bagaimana? Aku kau suruh maju... aku mau maju... kau srimpung kakiku. Kau suruh aku bekerja... aku bekerja... kau ganggu aku.

Kau ini bagaimana? Kau suruh aku takwa... khotbah keagamaanmu membuat ku sakit jiwa. Kau suruh aku mengikutimu... langkahmu tak jelas arahnya.

Aku harus bagaimana? Aku kau suruh menghormati hukum... kebijaksanaanmu menyepelekannya. Aku kau suruh berdisiplin... kau menyontohkan yang lain.

Kau ini bagaimana? Kau bilang tuhan sangat dekat...kau sendiri memanggil-manggilnya-Nya dengan pengeras suara setiap saat. Kau bilang kau suka damai... kau ajak aku setiap hari bertikai.

Aku harus bagaimana? Aku kau suruh membangun... aku membangun... kau merusakannya. Aku kau suruh menabung... aku menabung... kau menghabiskannya.

Kau ini bagaimana? Kau suruh aku menggarap sawah... sawahku kau tanami rumah-rumah. Kau bilang aku harus punya rumah... aku punya rumah... kau meratakannya dengan tanah.

Aku harus bagaimana?Aku kau larang berjudi... permainan sepekulasimu menjadi-jadi. Aku kau suruh bertanggung jawab... kau sendiri terus berucap wallahu a'lam bishowab.

Kau ini bagaimana? Kau suruh aku jujur... Aku jujur kau tipu aku. Kau suruh aku sabar... aku sabar kau injak tengkukku.

Aku harus bagaimana? Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku... sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu. Kau bilang kau selalu memikirkanku... aku sapa saja kau merasa terganggu.

Kau ini bagaimana? Kau bilang bicaralah... aku bicara kau bilang aku ceriwis. Kau bilang jangan banyak bicara... aku bungkam... kau tuduh aku apatis.

Aku harus bagaimana? Kau bilang kritiklah... aku kritik... kau marah. Kau bilang carikan alternatifnya... aku kasih alternative... kau bilang jangan mendikte saja.

Kau ini bagaimana? Aku bilang terserah kau... kau tidak mau. Aku bilang terserah kita... kau tak suka. Aku bilang terserah aku.. kau memakiku.

Kau ini bagaimana? Atau aku harus bagaimana?

(Sembilan belas delapan puluh tujuh)

***

(JEBRES-SOLO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar