31 Januari 2009

SEPERCIK DOA UNTUK SOLO

Saya merasa sangat kaget ketika menyimak berita di Solopos hari ini. Disana diberitakan kota Solo dibeberapa wilayahnya mengalami bencana banjir. Ketinggian air rata-rata 1-2 meter. Berarti ini termasuk dalam kategori banjir besar. Sungguh secara pribadi saya tak menyangka kejadian ini kembali terjadi. Karena sesuai adat kebiasaan banjir terjadi bulan Desember, sehingga kalau bulan Desember kondisinya aman berarti banjir tidak terjadi ataupun kalau terjadi tidak dengan eskalasi sebesar ini. Apalagi musim hujan tahun ini curah hujan yang turun menurut saya tidak terlalu tinggi bila dibandingkan musim hujan tahun lalu.

Yach, tetapi banjir itu telah terjadi, puluhan rumah telah tergenang, dan ratusan bahkan mungkin ribuan orang telah mengungsi. Mereka terpaksa meninggalkan rumah bahkan harta benda untuk menyelamatkan selembar jiwanya. Inilah fenomena wajib kalau banjir menyapa. Dan lagi-lagi masyarakat kecil yang menjadi korban. Hal ini tentu saja sangat disayangkan. Betapa tidak! Fenomena tahunan ini selalu menjadikan mereka sebagai korban, korban dan korban. Mereka menjadi "langganan korban" yang mau tidak mau harus menyandang gelar pengungsi. Mengungsi di daerah sendiri. Bagi saya ini sangat pahit dan memilukan.

Saya selalu bertanya-tanya : tidak adakah yang bisa kita lakukan untuk membuat banjir tidak lagi terjadi? Apa yang sudah kita lakukan untuk ini? Ataukah kita memang sudah berpasrah diri menerima kondisi karena memang Solo dari dulu sudah menjadi langganan banjir, juga karena Solo termasuk daerah rendah. Dan dengan apologis mengatakan : mau bagaimana lagi, kita tidak mungkin menentang alam. Sekedar itukah kita memikirkan? Sesempit itukah kita menyimpulkan?

Saya kira tidak. Bukan alam yang salah, tetapi kita. Sebagaimana kita ketahui bersama, mentalitas orang (baca : pemerintah) Indonesia, terkhusus Solo, selalu tidak mempunyai kebijakan yang komprehensif untuk menyelesaikan sebuah persoalan yang muncul. Policy yang dikeluarkan hampir semua adalah policy instan, parsial, reaksioner dan jangka pendek. Harus kita akui, kita memang masih senang dengan hal-hal yang instan-instan, parsial, reaksioner dan jangka pendek. Asal yang hari ini selesai, biarlah besok ya besok.

Ini jugalah yang terjadi dengan policy kita pada sektor bencana, terkhusus banjir. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan atau katakanlah "obat kepanikan" jika banjir terjadi, jika tidak ya tidak akan dikeluarkan. Mungkin mereka sedang melaksanakan prinsip penghematan : ya (Kebijakan) dihemat dululah, kan masih banyak prioritas yang lain. apalagi ini (banjir) belum datang. Mungkin begitu istilah mereka.

Baru setelah banjir datang " obat kepanikan" itu dikeluarkan. masih bagus kalau "obat" itu mujarab, "sakitnya" langsung sembuh, ini tidak? Ini terbukti dengan adanya beberapa permasalahan banjir tahun 2008 yang belum selesai sampai saat ini. Ditambah dengan masalah yang baru sekarang ini. Semakin banyak saja permasalahan yang menumpuk, menumpuk, dan menumpuk tanpa bisa terselesaikan. Saya tidak tahu untuk mengatasi banjir kali ini apakah mereka masih akan mempergunakan "obat yang sama"?

Memang kita tidak bisa menyalahkan semua ini hanya kepada pemerintah semata, kita selaku masyarakat pun harus mengevaluasi diri. Terkadang perilaku kita juga mempunyai andil besar dalam "mengundang" datangnya banjir ke lingkungan kita. Tetapi tetap saja menurut saya, tanggung jawab terbesar itu terletak pada pundak pemerintah selaku penanggung jawab pemerintahan dan pelayan masyarakat. Apalagi mereka mempunyai kewenangan untuk membuat dan melaksanakan kebijakan melalui program untuk masyarakat. singkatnya itu pekerjaan mereka, karena untuk itulah mereka "ada".

Kinilah saatnya kita belajar dari kesalahan-kesalahan dimasa lalu, jangan sampai terpeleset di lubang yang sama. Jika hal itu terjadi maka ini menunjukan betapa bodohnya kita. Sudah saatnya bencana banjir mendapatkan prioritas penanganan karena sudah merupakan kejadian tahunan yang terprediksi dengan memberikan kebijakan yang komprehensif, jangka panjang dan antisipatif. Untuk itulah kita berharap kepada pemerintah agar hal ini segera terealisasi. Kalau tidak, banyak yang akan kita korbankan : masyarakat kecil, waktu. tenaga, anggaran, dan lain-lain yang seharusnya tidak perlu menjadi korban.

Kita berdoa bersama, semoga "badai" ini cepat berlalu, dan kondisi kembali normal seperti semula. Tentu saja sekarang ini yang paling diperlukan oleh kita sebagai pribadi adalah terjun langsung membantu korban dengan apa saja yang kita sanggupi. Selamat berjuang!

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

30 Januari 2009

NASEHAT CINTA

Saya termasuk orang yang sangat senang mendapat nasehat. Apalagi nasehat yang "gue banget". Artinya nasehat yang pas datangnya sewaktu saya butuhkan. Misal sewaktu "males" mendapat nasehat supaya rajin dan memperbanyak beramal, sewaktu sedih mendapat nasehat supaya bersabar dan segera mengembalikan kegembiraan, sewaktu marah mendapat nasehat supaya tenang, berpikir jernih dan memperbanyak istigfar, de-el-el. Bagaimana dengan anda?

Saya kira setiap orang senang mendapatkan perhatian. Dan bagi saya nasehat adalah bentuk perhatian orang terhadap kita. Juga sebuah bentuk kasih sayang dan ungkapan "cinta". Bukankah ada kata bijak yang mengatakan " arahan tanda sayang, dan nasehat tanda cinta ". Bagi saya nasehat sangat besar artinya walau hanya sebuah dua patah kata yang singkat dan sekejap. Itulah kekuatan nasehat, nasehat yang tepat "nendangnya". Nasehat yang menyentuh ke relung jiwa. Nasehat yang berasal dari kebersihan dan keikhlasan rasa. Kita tentu sepakat dengan aksioma berikut: sebaik-baiknya nasehat adalah kebaikan, dan sebaik-baiknya kebaikan adalah apabila kita melaksanakanya.

Bersyukurlah bagi kita yang mudah menerima nasehat dan mengikutinya, bersyukur pulalah bagi kita yang selalu aktif memproduksi nasehat untuk saudaranya. Karena dengan begitu kita masih di kategorikan orang yang "hidup hatinya". Orang yang hidup hatinya dialah orang yang sempurna hidupnya. Karena orang yang hanya hidup mata dan telinga lahirnya tetapi mati mata dan telinga hatinya sesungguhnya ia telah mati. Karena ia tidak bisa kemana-mana, ia tidak akan pernah berubah.

Untuk saudaraku semuanya, sudahkan anda memberi atau menerima "tanda cinta" untuk atau dari orang-orang di sekitar anda? Jujur hari ini saya sudah mendapatkan kedua-duanya. Ada yang mau menambahkan "tanda cinta" itu untuk saya? Tenang saja, saya akan selalu "setia menunggu" anda disini!

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

29 Januari 2009

MENENGOK ETIKA DEMOKRASI KITA

Suasana politik Indonesia menjelang pemilu legislatif dan presiden bulan April dan Juli yang akan datang semakin memanas. Dinamika yang tampak menunjukan adanya kenaikan eskalasi yang siginifikan. Berbagai manuver politik pun secara vulgar di tampilkan oleh elite politik dan partai politik kita. Kompetisi yang menentukan kehidupan bangsa selama lima tahun kedepan ini semakin keras melaju bak bola liar tak bisa dihentikan. Perseteruan antar kontestan pemilu semakin tak terhindarkan demi mendapat simpati dan keberpihakan publik. Bahkan kalau bisa mendesak lawan, memojokannya, dan menendangnya keluar arena. Minimal membuatnya buruk dimata publik sehingga publik menjauhinya. Maka terbentanglah panggung politik yang secara simultan memainkan drama dan sandiwara politik untuk konsumsi masyarakat sebagai obyek politik. Drama dan sandiwara politik yang begitu mendebarkan, kebisingannya menjadi sinyal sejauh mana keberjalanan demokrasi di negara yang masih belajar demokrasi ini. Kebisingan politik yang menentukan berada di taraf mana demokrasi yang tengah kita tampilkan saat ini.

Salah satu contoh kebisingan itu dapat kita lihat bagaimana baru-baru ini Megawati dan SBY, "capres pasti" dari PDIP dan PD, saling bermanuver untuk meraih simpati publik sekaligus pada kesempatan yang sama menyerang lawannya. Megawati mengkritik SBY dengan perumpamaan : tari poco-poco dan bermain yoyo sedang SBY atau pendukungnya pun membalas dengan tak kalah sengitnya dengan mengatakan Megawati : menari undur-undur, panik dan hanya bisa menonton bola. SBY mengumukan keberhasilan-keberhasilannya saat memerintah, Megawati pun melakukanya. Kritik dibalas kritik, ejekan dibalas ejekan, pengumuman prestasi politik dibalas dengan pengumuman prestasi politik, pokoknya apapun yang dilakukan rival politik jika merugikan diri dan kelompoknya akan mendapatkan pembalasannya. Contoh-contoh yang lain masih banyak, beberapa diantaranya adalah politisasi jumlah angka kemiskinan di Indonesia oleh Wiranto (ketua Umum Hanura), Politisasi kontrak karya Freeport, Exxon Mobil dan indikasi penerimaan dana asing oleh SBY sewaktu kampanye Pilpres 2004 oleh Amien Rais (Mantan Ketum PAN), perpecahan dan konflik di tubuh PKB yang tak kunjung reda, politisasi dan kriminalisasi aksi kemanusiaan PKS terhadap Agresi Israel di Gaza, Palestina. Inilah adegan politik yang biasa dipertontonkan oleh elit politik kita. Adegan politik yang mereka klaim terlegitimasi dalam sistem demokrasi Liberal yang saat ini kita anut.

Pertanyaannya adalah apakah ada yang salah dengan kebisingan politik seperti diatas? Menurut pandangan saya, inilah sistem demokrasi yang didalamnya terwujud segala hak asasi manusia (salah satunya adalah hak menyampaikan pendapat dimuka umum), penegakan supremasi hukum, dan kompetisi yang fair dalam pengisian anggota legislatif dan eksekutif melalui pemilu berkala. Segala hal yang masih dalam koridor itu, dibenarkan dalam demokrasi. sehingga menurut saya segala kebisingan politik yang terjadi saat ini adalah wajar. Tidak ada yang special dari pertunjukan drama dan sandiwara politik yang saat ini tengah kita tonton. Karena secara prinsipil kebisingan politik itu tidak atau belum melanggar prinsip formal demokrasi.

Tetapi apabila kita melihat bagaimana etika demokrasi dijalankan oleh elite politik dan partai politik kita, maka akan kita dapati banyak elite politik dan partai politik kita yang belum beretika dalam berdemokrasi. Mereka masih berdemokrasi sebatas mengamalkan prinsip formal demokrasi, sedangkan etika demokrasi masih banyak di tinggalkan dan hanya menjadi nilai-nilai sloganistis saja. Demokrasi adalah demokrasi tanpa embel-embel moralitas.

Sebagaimana kita ketahui bersama, etika demokrasi menghendaki adanya sopan santun dalam memberi/menerima kritik, adanya obyektifitas dalam memandang persoalan atau dalam memberi kritik, adanya kelapangan dalam menerima kritik, mau mengakui kesalahan, mau mengakui keberhasilan/kegagalan sendiri maupun lawan, mau bekerja sama dengan lawan, menghindari politik black campaign, menghindari money politik, dan sebagainya. Ini semua masih belum kita praktekan. Dan hal-hal yang berlawanan dengan etika demokrasi itu masih marak terjadi. Bahkan kita pertahankan sebagai tradisi.

Jika mau memantapkan demokrasi di negara kita maka kita harus merubah tradisi buruk ini. Artinya kita berdemokrasi secara beretika, demokrasi yang bermoral. Tentunya ini harus kita mulai dari sekarang dan akan lebih baik lagi apabila elite politik dan partai politik sebagai pihak yang memulai dan memberi keteladanan. Karena menurut saya bangsa ini sekarang sangat membutuhkan keteladanan. Keteladan dari siapa lagi kalau bukan keteladanan dari para pemimpin dan elit politik atau partai politik di negeri ini.

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

28 Januari 2009

AKU DAN DIA

Ada seseorang yang membayang kuat ketika aku mencoba mereview segala kenangan selama satu bulan terakhir ini. Seseorang yang sangat berkesan dalam memori batinku. Seseorang yang meninggalkan daya pikat di hatiku sehingga sukar melupakannya. Saat bayangan itu hadir aku merasakan kerinduan yang teramat dalam kepadanya. Kerinduan untuk dapat merasakan kembali saat-saat bersamanya. Kerinduan untuk dapat bertegur sapa dan memandang senyumnya. Kerinduan seorang kawan kepada "kekasihnya".

Bayangan itu tentang dia, seorang kawan yang pernah bersama-sama bahu membahu dalam berbagai aktivitas di kampus selama empat tahun ini. seorang kawan yang memberi makna teramat dalam di sanubariku. Kami, aku dan dia, adalah sebagian dari orang-orang yang ditakdirkan bertemu, dan di takdirkan pula untuk berada dalam jalan yang sama. Jalan pilihan bagi kami yang meyakininya. Bergerak bersama dalam suka dan dukanya perjuangan. Bersaudara dan saling mencintai dalam indahnya keragaman. Dan kami sangat bersyukur untuk hal itu. Meski banyak pengorbanan yang musti di bayar, namun hal itu adalah konskuensi yang sedari awal telah kami sadari. Ibarat pepatah "tiada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tiada pengorbanan tanpa keikhlasan", bersama-sama kami belajar mengikhlaskan hati menerima resiko perjuangan. Dan alhamdulillah sampai saat ini kami masih mampu bertahan. bertahan untuk bersama di tengah kepungan masalah, kelemahan dan godaan. Bertahan dengan saling meneguhkan. Bertahan dengan saling meringankan. Bertahan dengan memupuk pengertian. Merajut dan menebar jala cinta. Merangkai dan menyemai ikatan rindu. Membangun kukuh pondasi dan bangunan hati.

Kami adalah sebagian dari orang-orang yang mencoba memadukan perbedaan dalam sebuah wadah kesatuan. Yang merangkai kesepakatan dalam serakan perpecahan. Karena dari awal kami memang berbeda dalam berbagai hal. Perbedaan itulah yang mempertemukan kami dan menyatukannya. Perbedaan yang menambah kaya diri dengan keikhlasan, ketulusan dan kemuliaan. Perbedaan yang berakhir dengan kekuatan dan semangat.

Menurutku itulah berkah dan nikmat yang didapatkan oleh orang-orang yang mencintai dan membenci karena aqidah dan keimanan yang benar. Mereka senantiasa mendapatkan luapan kebahagian dan ketentraman. Mereka ibarat "sepasang kekasih" yang senantiasa seiring selangkah menggapai pelabuhan abadi. Tak pernah berpisah dan bertukar jalan. Mereka itulah orang-orang yang bercinta dengan kesetiaan, tanggung jawab dan pengabdian.

Yang pasti dia sangat berarti bagi diriku. Sepenuh jiwa aku mengasihinya. Seorang kawan yang kini jauh dimata. Dan akan bertemu entah kapan waktunya. Dalam kerinduan ini tak dapat ku tahankan ketika bibirku secara perlahan-lahan mendendangkan lagu : "kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku...kepadamu teman...atas ikatan ukhuwah yang tersimpul padu...suka duka bersamamu...tak kan kulupa walau badai melanda...walau bercerai jasad dan nyawa..." (BROTHERS :Untukmu Teman).

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

BISA G INDONESIA NIPU AMERIKA KAYA GINI?

Pada suatu hari seorang Ahli nuklir Presiden Korea Utara Kim Jong Ill datang menghadap:
Presiden Kim: "Kita harus menghadapi Amerika!, kita harus buktikan kemampuan nuklir kita, cepat kamu luncurkan rudal jarak jauh kita Tae Podong."
Ahli nuklir : "Maaf pak, bukankah kita sesungguhnya tidak punya hulu ledak nuklir!"
Presiden Kim : "Saya tau, luncurkan saja tanpa memakai hulu ledak apapun!!"

Akhirnya Korea Utara meluncurkan rudal kosongnya menembus Los Anggles, Tentunya tidak meledak, semua koran dan TV memberitakannya dan tertawa! Beberapa waktu kemudian Presiden Kim muncul di TV Korea Utara dan mengatakan, "Militer kami sengaja melakukan itu hanya untuk membuktikan kemampuan jarak luncur rudal kami yang mampu mencapai semua daerah di Amerika, selanjutnya rudal kami akan diisi hulu ledak Nuklir, kalian tunggu saja!!"

Amerika terkejut dan ketakutan, pejabat Amerika mengadakan kesepakatan damai dengan perjanjian akan memberikan bantuan uang untuk merekstruturisasi pembangunan Korea Utara dengan catatan Korea Utara tidak meluncurkan Rudal Nuklirnya ke Amerika.

Di markas besar Korea Utara,
Ahli nuklir : "Pak, negara kita adalah negara terhormat kenapa kita mau berdamai dengan negara licik seperti Amerika"
Presiden Kim : "Kamu tau apa sih!! sudah kah kau terima uang pembangunan dari Amerika itu!!"
Ahli nuklir : "Sudah pak ini uangnya!!"
Presiden Kim : "OK, cepat kau pergi ke China!!"
Ahli nuklir : "Bukannya uangnya untuk pembangunan negara kita pak!!"
Presiden Kim : "Kau bodoh sekali!!! kau kesana untuk membeli 20 hulu ledak nuklir!! Sekarang kita bisa meluncurkan rudal kita ke Los Angles dengan Nuklir sungguhan!!"
Ahli nuklir : "Anda memang hebat Pak! mampu ngibulin Amerika..."

SUMBER : KETAWA.COM (dengan beberapa perubahan)
(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

27 Januari 2009

MEDIA DAN PALESTINA

Politik Israel dan negara sekutunya yang terus menekan Palestina dengan menggunakan segala cara adalah sebuah realita yang kasat mata. Siapapun bisa membacanya dengan mudah. Tidak perlu menjadi orang terpelajar untuk dapat melakukan hal itu. Yang di butuhkan hanya kemauan membaca dan menyimak berita-berita secara teratur dari media cetak dan elektronik yang banyak tersedia di sekitar kita.

Meskipun harus diakui, sampai saat ini tidak ada satu mediapun baik cetak atau elektronik yang benar-benar obyektif dan netral. Sebagaimana kita ketahui tidak ada satu pun media yang menganut prinsip "bebas nilai". Semua media mempunyai keberpihakan terhadap sesuatu, baik besar atau pun kecil. Terlebih media barat yang jelas-jelas pro Israel atau bahkan menjadi kepanjangan tangan Israel untuk menghegemoni opini dunia. Yang harus kita lakukan adalah berhati-hati dalam mencerna setiap informasi yang di berikan. Jangan sampai kita memakan mentah-mentah setiap informasi yang ada karena informasi itu bukan informasi yang autentik tetapi informasi yang sudah di edit. Kita perlu membandingkan berita mengenai hal yang sama antara media yang satu dengan media yang lain untuk mendapatkan gambaran secara lebih obyektif.

Dalam pembentukan opini terdapat korelasi yang signifikan antara politik dan informasi atau politik dan media. Politik selalu membutuhkan alat propaganda untuk dapat mencapai tujuannya. Alat propaganda yang paling efektif adalah media, baik cetak ataupun elektronik. Karena kemudahanya diakses oleh publik secara luas. Untuk itulah media selalu menjadi pilihan dan alat utama propaganda.

Kembali kepada masalah Palestina, melalui media yang pro dan dikuasainya Israel getol melancarkan propaganda politiknya kepada dunia. Propaganda yang bisa mempengaruhi opini dunia dalam memandang konflik Israel-Palestina. Dengan kekuatan media itu Israel dapat mengendalikan Informasi yang di terima masyarakat dunia. Mana informasi yang boleh atau tidak boleh beredar semua berdasarkan pesanan kepentingan Israel. Sehingga sangat wajarlah apabila informasi yang merugikan Israel dapat dikatakan jarang terekspose keluar, sebalik informasi yang menyudutkan pejuang Palestina begitu marak ditampilkan. Bahkan mendominasi dan menjadi headline di setiap media mereka.

Ketidak adilan informasi inilah yang menyebabkan banyak masyarakat dunia termakan hasutan Israel sehingga memandang akar konflik Israel-Palestina adalah perlawanan rakyat Palestina kepada Israel yang membabi-buta. Atau dalam bahasa lain "Israel is the Good Boy and Palestine is the Bad Guy". Dengan opini yang demikian maka setiap gerakan Israel dalam meredam perlawanan rakyat Palestina adalah benar demi menciptakan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Padahal kalau kita telusuri secara cermat sebenarnya yang menjadi akar permasalahan adalah penjajahan Israel atas tanah Palestina. Selama penjajahan itu terus berlangsung maka konfik itu akan terus ada. Karena perlawanan rakyat Palestina tidak akan berhenti sampai penjajahan Israel terusir dari bumi Palestina.

Kita bersyukur, dengan adanya agresi Israel ke Gaza selama lebih dari tiga minggu kemarin telah membuka kedok Israel di mata dunia, bahwa Israellah yang menjadi biang konflik di Timur Tengah terutama di Palestina. Dan kini Israel telah menjadi musuh kemanusiaan di seluruh dunia karena kekejianya itu.

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

26 Januari 2009

JGN SALAHKAN AKU BILA MENINGGALKANMU

Menjelang perhelatan politik akbar di negara kita pada bulan April dan Juli nanti fenomena pemasangan atribut partai sebagai sarana kampanye begitu marak dimana-mana. Dari pinggir jalan besar yang ramai dilalui kendaraan sampai jalan kampung yang sepi, pemandangan tersebut sangat lazim ditemui. Semua partai politik berlomba-lomba untuk memperkenalkan dirinya kepada publik. Karena banyaknya atribut yang dipasang kadang-kadang membuat suasana dan pemandangan semakin semrawut. Apalagi penataannya kadang juga asal-asalan tidak memperhatikan keindahan dan kerapian lingkungan.

Begitu juga yang saya temui di sepanjang jalan antara Jumapolo-Karanganyar-Solo. setiap hari sewaktu saya berangkat dari rumah ke kampus UNS, maupun saat pulang banyak saya temui perangkat kampanye dari berbagai jenis yang dipasang oleh parpol tertentu berderet-deret menyapa pemandangan mata setiap orang yang melintas. Ada yang berupa bendera, spanduk, baliho, banner dan juga poster. Menurut saya pemasangan ini menambah semarak suasana kompetisi antar parpol dalam berlaga nanti.

Tetapi yang menjadi pemikiran saya adalah seberapa efektif pemasangan atribut parpol tersebut untuk menggaet pemilih? Apakah atribut tersebut dapat secara mudah mengarahkan orang yang melihatnya untuk memilihnya? Saya pikir rata-rata masyarakat kita sudah punya pilihan tetap. Dalam bahasa saya mereka sudah punya "pujaan hatinya" masing-masing. Karena kebanyakan dari kita adalah pemilih tradisional yang mempertahankan pilihannya pada tradisi yang sudah-sudah atau berdasarkan kebiasaan, lingkungan dan figur yang tampil. Sehingga dengan demikian sangat sukar mengharapkan mereka "berpindah kelain hati" dengan hanya melihat atribut parpol saja. Terlebih-lebih bagi parpol baru yang belum dikenal luas oleh publik.

Dalam pandangan saya, memang pemasangan atribut parpol tertentu sangat kecil kontribusinya untuk mengarahkan pemilih memilih parpol tersebut. Sehingga harus ditempuh cara yang lebih mengena untuk mendapatkan pemilih baru dalam jumlah banyak. Salah satunya mungkin dengan direct selling, yaitu melaksanakan kampanye dan pemrospekan langsung door to door. Cara ini menurut saya lebih mengena dan menyentuh. Apalagi bagi orang jawa yang senang kalo di kunjungi dan diperhatikan. Syaratnya harus dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan.

Dengan direct selling secara teratur dan berkelanjutan ini akan lebih mudah untuk memperkenalkan parpol bersangkutan kepada pemilih. Sekaligus mengetahui sejauh mana keterterimaan parpol tersebut oleh mereka. Dan ending-nya mengarahkan mereka untuk memilih parpol tersebut pada waktu pemilihan di gelar. Memang sistem ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran tingkat tinggi, disamping juga memakan waktu yang tidak sedikit. Tetapi hasilnya jauh lebih signifikan dari pada sekedar memasang atribut sebagai sarana kampanye. Dengan melaksanakan direct selling secara teratur dan berkelanjutan sangat besar kemungkinan pemilih yang dahulunya sudah mempunyai pilihan berpindah kepartai yang bersangkutan.

Satu pesan saya kepada partai yang masih mempertahankan dan mengandalkan pola kampanye tradisional : "jangan terkejut dan menyalahkan pemilih tradisional anda kalau mereka beralih kepartai yang lain sebab terkena pikat direct selling yang dilakukannya". Karena jaman sudah berubah dan para pemilih semakin cerdas melihat realita. tradisi dan figuritas tidak lagi dapat menjamin loyalitas pemilih seperti dahulu.

Persis seperti nyanyiannya Amir UKS ( Salah satu grup band Slow Rock asal Malaysia favorit saya) : "TAK PERLU...KAU DATANG LAGI...NYATA ATAU MIMPI...KERNA BAGIKU...SEMUA YANG BERLALU...BIAR BERLALU...JANGAN PULA NANTI...KAU SALAHKAN AKU...KERNA MENINGGALKANMU...JANGAN PULA NANTI...KAU SALAHKAN AKU...KERNA MENINGGALKANMU"

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

NEVER STOP

Kemenangan Hamas dalam melakukan perlawanan terhadap agresi Israel di Jalur Gaza, patut mendapatkan pujian. Ditengah gempuran mesin perang super canggih milik angkatan perang Israel, Pejuang Hamas yang hanya bersenjata minimalis dapat menumbangkan kesombongan Negara Yahudi itu ke titik terendah. Sehingga akhirnya dengan sepihak mereka memaklumkan gencatan senjata. Meskipun tidak dapat di pungkiri kerugian material bahkan jiwa akibat agresi ini tidak terhitung banyaknya di pihak Rakyat Gaza. Itulah "biaya Mahal" yang harus ditanggung Rakyat Palestina dalam menggapai kemenangan dan kemerdekaanya. Yang mereka yakini tidak ada jalan kemenangan dan kemerdekaan selain dengan perlawanan. Dan hal ini berkali-kali telah mereka buktikan. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas betapa gagah beraninya rakyat Palestina dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel.

Akan tetapi yang harus diingat adalah kemenangan ini bukanlah akhir dari perlawanan terhadap Israel. Karena kemenangan dan kemerdekaan hakiki Palestina masih sangat jauh. Kemenangan ini hanyalah salah satu tahap saja yang harus dicapai untuk menggapai kemenangan utuh Palestina. Disamping harus di perhatikan, kekalahan yang di peroleh Israel ini tidak akan menghentikan niat keji mereka untuk menghancurleburkan Palestina dan menghilangkannya dari peta dunia.

Palestina harus waspada karena sesungguhnya Israel tengah bersiasat saat ini. Mereka telah nyata tidak mampu menumpas perjuangan rakyat Palestina dengan pembantaian keji rakyat Gaza. Mereka tidak mampu menakhlukkan Gaza karena para pejuang Gaza telah bersiap diri. Segalanya telah dipersiapkan untuk jalan perlawanan. Senjata, lorong-lorong rahasia bawah tanah, dan tempat bersembunyi. Perang kota sudah mereka rencanakan dengan matang. Mereka mengenali medan mereka dengan baik. Ibarat tak ada musuh masuk yang tidak berada dalam pengawasan mereka.

Untuk itulah Israel mengatur sebuah skenario yang memungkinkan mereka mampu menembus perlawanan Palestina. Untuk itulah mereka mengadakan gencatan senjata sepihak. Yang perlu di ketahui gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel dari kota Gaza bukanlah untuk memenuhi tuntutan bangsa-bangsa di dunia yang menginginkan diakhirinya agresi biadab ini. Sekali-kali bukan. Tetapi lebih kepada strategi Israel untuk menyerang Palestina kembali.

Karena kini, dengan gencatan senjata itu Israel telah mendapatkan legalitas untuk mengakhiri pengiriman senjata ke Palestina serta melumpuhkan akses lorong-lorong rahasianya. Dengan gencatan senjata itu Israel mendapatkan konsesi untuk memberangus perlawanan Palestina dengan isolasi suplai peralatan tempurnya. Sesungguhnya saat ini yang dipikirkan Israel adalah bagaimana pejuang Palestina tidak dapat melawan Israel dengan kemampuan persenjataanya. Terutama senjata-senjata yang diperoleh pejuang Palestina dari luar Palestina. Senjata-senjata yang mereka peroleh dengan jalan diselundupkan lewat lorong-lorong rahasia. Karena dengan senjata-senjata selundupan ini pejuang Palestina mampu memberikan kerugian militer besar kepada tentara Israel.

Begitu program mengakhiri pengiriman senjata dan penutupan akses lorong-lorong rahasia bawah tanah ini berjalan efektif, maka serangan kembali Israel ke Palestina tinggal menunggu waktu. Yang mereka butuhkan hanyalah keyakinan bahwa pejuang Palestina tidak lagi memiliki persenjataan memadai untuk melawan. Begitu mereka mendapatkan keyakinan itu serangan besar-besaran yang lebih barbar akan terulang kembali ke wilayah Gaza. dan kali ini Israel tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai.

Mengingat hal tersebut, maka dapat saya katakan : perang dengan Israel tidak akan pernah berhenti karena Israel sampai kapanpun akan terus melakukan manuver untuk dapat melemahkan perjuangan rakyat Palestina dengan segala cara. Dan rakyat Palestina, terutama yang berada di Gaza harus menyiapkan diri untuk menghadapi kembali serangan Israel dalam waktu dekat.

Tentunya sebagai saudara sesama muslim kita berdoa kepada Allah SWT, semoga perjuangan kemerdekaan Palestina dapat segera terealisasi. Sehingga Bumi Al Quds kembali dalam pangkuan Islam. Amin.

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

25 Januari 2009

WANITA ITU (2)

Adakah yang lebih aku cintai selain dia? Dalam malam-malamnya ia sentiasa mendendangkan doa untukku saat bersujud. Mengharapkan kebaikan, kebahagiaan dan ketentraman menyapa abadi dalam hidupku. Penuh keberkahan dalam setiap iringan langkah. Tiada aral merintang dan bala yang mendera.

Adakah yang lebih aku cintai selain dia? Segenap hatinya tercurah untukku. Menyerahkan cinta sucinya dengan sepenuh jiwa. Tanpa letih ia menebar kasihnya. Mengharap akan tumbuh dengan subur pokok kehidupan yang ia wariskan. Suatu saat akan besar dengan kemuliaan.

Adakah yang lebih aku cintai selain dia? Tiada menyesal ia merelakan setiap detik waktunya untukku. Memberikan kenyamanan sejati yang tulus. Menjanjikan hari depan yang penuh kemenangan dalam setiap lembut belaiannya.

Adakah yang lebih aku cintai selain dia? Wanita itu selalu mengerti diriku. Menyapa hari-hariku dengan kecantikan jiwanya. Ia menjadikanku raja gagah yang tak pernah terkalahkan oleh kekurangan.

Adakah yang lebih aku cintai selain dia? Wanita itu begitu sederhana. Ia kaya dalam kepapaannya.

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

24 Januari 2009

TAWARAN YANG MENGGIURKAN

Ini cerita yang mungkin akan banyak menjadi bahan tertawaan. Saya sengaja menceritakan kisah ini agar mata kita terbuka akan sebuah fenomena yang masih tak lazim dalam pandangan kita. Bahkan dikesankan adalah sebuah hal tabu. Padahal itu adalah sebuah hal yang baik dan halal. Tidak ada kejelekan didalamnya selain kesombongan kita dalam menolaknya.

Baiklah kita mulai saja. Kisah ini bersamaan kejadiannya dengan saat kami menunggu bus untuk pergi ke kampus (lebih detilnya baca Sampai Magrib Pun). Saat menunggu itu, kami kenalan dengan 3 orang asli Kedah yang bekerja sebagai kaki tangan (Karyawan) di Kolej Bukit Kachi. Satu perempuan dan 2 orang laki-laki. Kami ngobrol kemana-mana, karena memang tidak ada bahan pembicaraan yang khusus untuk dibicarakan. Mulai dari tanya asal, tinggal dan kuliah dikolej apa, berapa jumlah kami semuanya, sampai masalah kosakata.

Ketika mereka mengetahui kami datang dari indon ( sebutan Indonesia di sana), maka mereka bertanya apa sebutan laki-laki dalam bahasa Indonesia, kami jawab "cowok". Cowok! mereka mengulangi dengan tertawa, kosa kata yang aneh bagi mereka. Kalo perempuan? mereka bertanya lagi. "Cewek" jawab kami. Kembali mereka tertawa. dengan logat Kedah mereka mengulangi menyebut cowok dan cewek, masih dengan di iringi deraian tawa. Kami pun ikut tertawa.

Kemudian mereka bertanya lagi berapa cowok dan cewek dalam rombongan kami. Delapan cowok dan satu cewek" jawab kami. Mendengar jawaban kami tersebut, mereka terheran-heran. Geleng-geleng kepala, seakan tidak percaya.

Mengapa mereka keheranan? Inilah entry point cerita yang hendak saya sampaikan. Di Malaysia, terutama di negeri Kedah, jumlah perempuan lebih banyak 3 kali dari jumlah laki-laki. Hal ini nampak jelas dari jumlah perempuan yang kuliah di UUM yang hampir sebagian besarnya adalah warga Malaysia. Setiap hari yang kami jumpai baik di Kolej maupun di Kampus adalah kumpulan perempuan dalam jumlah banyak, sedang laki-lakinya bisa di hitung dengan jari, atau paling banyak belasan.

Makanya ketiga orang kaki tangan Kolej Bukit Kachi tersebut merasa heran dengan minimnya jumlah perempuan yang ada dalam rombongan kami. Mereka kemudian bertanya berapa perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan di Indonesia? kami jawab 1:2. O... respon mereka lagi-lagi terdengar keheranan.

Seorang lelaki dari mereka kemudian berkata. Kurang lebih maksudnya begini " kalau kalian mau, kalian bisa kawin disini. karena banyaknya perempuan, kalian bisa dapat 3-4 orang istri. bagaimana?". Mendengar pertanyaan itu kami kelabakan menjawabnya. Terus terang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan semacam itu. Sulit sekaligus menggiurkan. Apalagi mereka menambahkan gadis-gadis Malaysia disini "comel/lewok/geuwok. Atau dalam bahasa kita gadis-gadis Malaysia itu cantik-cantik.

Wow...kami sangat terkesan dengan tawaran dan penjelasan mereka. Kami percaya apa yang dikatakan mereka tentang gadis Malaysia itu sepenuhnya benar. Tetapi dengan diplomatis kami menjawab" kami tidak lama disini, hanya satu bulan saja, sehingga hal tersebut tidak mungkin kami lakukan".

Kembali kepada kata-kata pendahuluan saya di atas. Saya mengatakan bahwa ada sebuah fenomena yang masih bermasalah dalam pandangan kita, bahkan kita cenderung menolaknya. Fenomena tersebut adalah "Poligami". Padahal sesuai dengan ajaran agama Islam, poligami adalah hal yang baik dan halal. Apalagi di tambah realita jumlah perempuan yang berlipat-lipat jumlahnya di banding jumlah laki-laki. Poligami menjadi solusi, agar setiap insan dapat berpasang-pasangan sesuai kodrat ilahi. Di Malaysia, terutama di Kedah, fenomena poligami sudah menjadi perbuatan legal dan terhormat dalam rangka distribusi hak berumah tangga bagi setiap insan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Bagaimana di Indonesia? Bagaimana dengan anda?

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

WANITA ITU (1)

Siapa yang tidak akan mencintai dirinya? Ia begitu penuh perhatian, lembut, penyayang, sabar dan jarang berkeluh kesah. Ia adalah sosok wanita sempurna dalam perilakunya. Begitu menawan dan anggun sikapnya. Kecintaannya sukar terbalas. Kasih sayangnya akan selalu tercurah tak terbatas waktu. Ia selalu mempunyai tabungan cinta dan kasih sayang seperti mata air yang tak pernah kering, meski kemarau panjang datang bertandang. Cinta dan kasihnya akan terus datang, datang dan datang. Ia membanjiri sanubari, jiwa dan raga dengan nafas kehidupan yang bersih. Menyangga diri dengan telapak tangannya yang menyejukan.

Siapa yang tidak akan mencintainya? Ia selalu tersenyum menyambut. Memberikan semangat yang tak kunjung padam. Menyalakan lentera penerang dalam kegelapan. Menunjukan jalan dan arah untuk kaki melangkah. Ia ada dalam setiap kesempatan, baik suka atau duka, baik ramai maupun senyap. Ia menjadi teman setia yang paling menyenangkan dan membahagiakan hati.

Siapa yang tidak akan mencintainya? Ia yang mengajarkan indahnya rindu dan cinta. Ia yang mengajarkan nikmatnya kasih sayang. Ia yang mengajarkan memupus kebencian. Ia yang mengajarkan luhurnya kesetiaan dan tanggung jawab. ia yang menyemai benih-benih kebaikan dalam setiap sikap, kehendak dan tutur katanya.

Siapa yang tidak akan mencintainya? Wanita itu begitu dekat, mengisi hari-hari yang terlewat dengan tatapan matanya yang tegar, penuh keceriaan, tanpa kegamangan, tanpa kekhawatiran. Ia begitu tabah menemani setiap langkah.

Siapa yang tidak akan mencintainya? Wanita itu tidak pernah melihat rupa. Di hatinya hanya ada pengorbanan, keikhlasan dan pengabdian.

Siapa yang tidak akan mencintainya? Wanita itu begitu tulus.Ia tak pernah mengharap apa-apa.

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

21 Januari 2009

SAMPAI MAGRIB PUN

Pengalaman di Kolej Bukit Kachi, tempat saya dan teman-teman rombongan student exchange di tempatkan ato ngekost banyak yang mengesankan. Juga sangat mencengangkan. Betapa tidak! Kolej Bukit Kachi yang terletak disebelah timur Universitas Utara Malaysia (UUM) adalah sebuah kolej yang luas dan letaknya paling jauh diantara kolej yang lain di UUM. Berada disebuah bukit yang sekelilingnya adalah hutan. Maklum dulu sebelum ada proyek pembangunan UUM, Sintok (kawasan dimana UUM dibangun) adalah sebuah kawasan hutan lebat yang di kenal dengan nama Bukit Kayu Hitam. Disebut Bukit Kayu Hitam karena dulunya di pakai markas oleh pemberontak komunis sebelum perang dunia kedua.

Karena merupakan kolej yang paling jauh dari UUM, maka untuk menempuh UUM-Kolej Bukit Kachi hampir semua mahasiswa mempergunakan jasa bus. Bus yang melayani jalur Kolej Bukit Kachi-UUM bisa diakses dari jam 7 pagi sampai petang. Sekali jalan iurannya 40 sen. Jadi setiap hari kami mengeluarkan 80 sen. Tetapi iuran bis ini tidak dibayar secara langsung menggunakan uang tunai seperti yang ada di Solo. Pembayaran menggunakan kartu elektronik yang di sebut "matrix card". Matrix card ini dapat di top up seperti pulsa kalau sudah habis saldonya.

Pagi tadi adalah pengalaman kami pertama naik bis. Ada yang lucu dari pengalaman ini. Kami stand by di tempat yang kami kira adalah halte. Tetapi ternyata bukan. Bis tidak berhenti sewaktu lewat di depan kami. Untung ada orang lokal yang bekerja di kolej ini. Kami berbincang sambil menunggu bis, meskipun bahasanya banyak yang tidak kami pahami. Tetapi cukuplah untuk meminta beberapa informasi. Termasuk apakah tempat kami menunggu bis sekarang adalah halte. Mereka jawab bis tidak berhenti di tempat ini karena tempat ini bukan halte. Bukan Bus Stop dalam istilah mereka. Kalau mau naik bis kami harus ke DPP. DPP?

Kami lantas bergegas menuju DPP (Dewan Penginapan Pelajar), kira-kira 300 meter dari tempat sekarang kami menunggu bis. Sampai disana ternyata sudah banyak mahasiswa yang ngantri hendak masuk kedalam bis yang berjejer di halaman DPP. Buset antriannya cukup panjang, tertib lagi tidak seperti di tempat kita.

Dapat dibayangkan jika kami tidak bertanya mungkin sampai magrib kami belum sampai kekampus dan menunggu sampai bosan di tempat itu. Karena sampai kapanpun tidak akan ada satu bispun yang akan berhenti di tempat itu. Syukurlah!

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

19 Januari 2009

DROP OUT

Orang itu sesaat termangu. Hatinya jatuh terpukul. Ia tidak menduga sama sekali opsi itu yang akan di lontarkan kepadanya. Dan ia harus menerima, tidak bisa menolak sama sekali. hari itu Ia resmi dikeluarkan. Berjalan dilingkar luar yang asing baginya. Hal yang belum pernah ia lakukan selama empat tahun ini. Ia tidak tahu kemana akan membawa kakinya melangkah setelah hari itu. Ia ditikam kebingungan. Meskipun perasaannya yang galau itu dapat disembunyikannya dengan sempurna, ia tidak dapat memungkiri bahwa ia merasa “kecewa”.

Mengapa? Ia bertanya-tanya sendirian dalam pikirannya. Apa kesalahanku? Kalau aku telah membuat kesalahan, seberapa besar kesalahanku sampai aku tidak dimaafkan dan akhirnya di keluarkan? Apakah semua ini akibat kelalaianku selama ini yang mulai menjemukan? Apakah ini akibat miskinnya sumbangsih yang aku berikan dalam mengemban tugas-tugasku yang selalu keteter? Atau karena apakah?

Ia terus bertanya-tanya tanpa jawaban. Dan tak mungkin ia bertanya kepada siapapun. Termasuk kepada orang yang menyampaikan keputusan itu, karena ia takkan mendapat jawaban sebagaimana yang ia inginkan. Sekedar jawaban mungkin iya, tetapi jawaban yang memuaskan tidak akan. Ia sadar melakukan hal itu malah akan menambah besar rasa penasarannya, penasaran yang akhirnya menjadikan “sakit” dan “membunuhnya”.

Ia berpikir, mencoba mencari jalan dalam kebingungannya. bahkan setan sempat membisikan kata-kata kehatinya. kalau demikian mengapa tidak sekalian saja Kau menghilang? Toh kau sudah dianggap tidak ada. Bertemu atau tidak sama saja, takkan ada lagi pengaruhnya. “Tidak”. Hati dan perbuatannya tegas menolak. “Aku bukan bangsa orang yang berpikiran kerdil macam pengecut. Biarlah aku dikeluarkan, tetapi aku ingin tetap memperlihatkan ketegaran jiwaku. Memperlihatkan bahwa aku mampu menerimanya dengan tersenyum. bahwa aku tetap bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama. Aku akan tetap bersama mereka."


Kesadarannya mulai terbuka, hatinya berkata jernih tanpa dikobari emosi.
Akhirnya ia memutuskan untuk merenung, mencoba menghitung-hitung dirinya dengan teliti. Sedapat-dapatnya ia ingin menemukan alasan-alasan logis yang akan membenarkan bahwa keputusan itu yang paling tepat untuknya, bahwa apa yang ia dapatkan itu sudah sepantasnya ia terima, bahwa ia memang sedang dihukum karena kesalahan-kesalahannya. Dan barangkali inilah yang terbaik bagi keadaannya saat ini.

(KARANGANYAR-JAWA TENGAH)

15 Januari 2009

H-3


Ternyata banyak juga yang harus di selesaikan ya! Mondar mandir dari pagi sampai sore belum juga semua finis. Keperluan pribadi dan juga organisasi memang membutuhkan manajemen yang special. Butuh juga keahlian, "skill" kata para senoir, juga "sikil" yang tak bisa di tinggalkan.

Pagi mau ketemu jajaran dekanat buat pamitan, ga bisa ketemu, pada rapat. Siang baru bisa ketemu itupun baru pembantu dekan III. Yang lainnya pada sibuk aktivitas. Ngobrol lama karena sudah lama ga ketemu, asyiknya masih seperti dulu sewaktu masih di BEM. Banyak cerita yang saya dapatkan dari PD 3 bahkan motivasi. Memang beliau adalah ayah yang baik bagi mahasiswa FH UNS. Kesan yang mendalam untuk beliau: ramah, supel, humoris dan welcome.

Karena hal penting lain ga ada yang bisa dikerjakan, lalu pulang kerumah. Menyusuri jalan sepanjang 32 Kilo dengan "si hitam", sebutanku buat sepeda supra-X ku. Coba memanfaatkan waktu untuk membuat artikel pesenan FOSMI tentang Pembantaian Gaza oleh Israel. Deadlinenya hari ini sih, tetapi karena belum ada kesempatan buat nulis, aku minta tambah 2 hari lagi. Sabtu bisa ga bisa harus selesai, komit sesuai kontrak yang baru. Bahan-bahan sudah ada tinggal tuangkan gagasan dan sapukan jari pada keyboard komputer. Mulai ngetik! Itu saja.

(SOLO-JAWA TENGAH)

14 Januari 2009

JIKA KAU MASIH SANGGUP MENUNGGUKU

Kapan lulus mas/mbak? Kapan wisuda mas/mbak? Itu pertanyaan yang mampir kekuping tiap kali ketemu adik2 tingkat. Ya wajar lha wong dah angkatan "sepuh" di kampus. Tetapi rasanya kok seperti beban, ada yang mengganjal setiap kali pertanyaan demikian muncul. Kadang gelagapan juga untuk menjawabnya. Mau nipu takut dosa, ga nipu ketahuan malesnya (soalnya ngurus skripsi dah satu tahun, ini mau nambah satu semester lagi, tapi belum kelar juga..hehe). Temen2 satu angkatan dah hampir "ngilang" semua dan dah banyak yang kerja. Jadi dilema dech.

But it's ok. Mudah saja. Jangan anggap ini semua beban dan enjoy aja. Lulus cepat ato lambat itu pilihan choy. Tul ga? Kalo menurut saya itu betul. Sangat betul bahkan. Kadang seseorang dapat lulus lebih cepat tapi karena pertimbangan pribadi dan lainnya yang mungkin bagi sebagian orang tidak reasonable, memilih menunda kelulusannya sampai terkesan "terlambat lulus". Bukan karena IPK nya jeblok harus banyak remidi atau make up. Tidak. Bukan itu. Tetapi "there is something else". Apakah itu? Saya tidak ingin menjawabnya. Kalo anda mau menjawabnya silahkan/monggo/tafadhol. Yang pasti itu benar-benar ada.

Bagi saya, "petualangan sekali seumur hidup ini" layak di maksimalkan untuk menumpuk bekal dalam rangka menyiapkan diri memasuki dunia masyarakat paska kampus. Yang tidak homogen, yang plural, penuh intrik dan pertarungan untuk senantiasa survive.

(SOLO-JAWA TENGAH)

13 Januari 2009

PALING TIDAK

Pembantaian itu sudah berlangsung hampir 3 minggu, dan tidak ada tanda-tanda akan selesai dalam waktu dekat. Semakin menambah jumlah korban yang jatuh. Bayi, anak-anak, wanita, remaja dan juga orang-orang lanjut usia menjadi bagian yang tidak ketinggalan tertimpa tangan jahat pembantaian itu. Memandang kejadian extra luar biasa ini banyak orang teriak-teriak tapi hatinya tertawa, banyak orang yang diam saja tetapi hatinya menangis, banyak orang yang maju dengan marah sepenuh ubun-ubunnya. Yang berbuat demikian boleh jadi termasuk kita, saya tidak tahu itu. Yang bisa memastikan adalah diri kita masing-masing.

Yang pasti sebagai seorang lelaki yang di identikan mempunyai kekuatan daya tahan menyikapi kepiluan dan keprihatinan, saya termasuk salah satu lelaki yang menangis menyaksikan pembantaian itu. Bukan hanya karena begitu banyaknya jatuh korban non kombatan termasuk anak-anak dan wanita, tetapi juga karena melihat tak ada satu kekuatan efektif manusia pun yang sampai detik ini bisa menghentikan pembantaian itu. Juga atas nama kemanusiaan dan hati nurani.

Memang saya pun tidak banyak bisa berbuat untuk kejadian extra luarbiasa ini, tetapi saya tahu banyak dari kita yang rela menolong, juga pertolongan dari "invisible hand" Allah SWT. Kepada-Nya layak kita memohon agar pembantaian itu segera berakhir, dan sang pembantai mendapatkan hukuman yang sepadan. Paling tidak inilah yang bisa kita berikan. Sebuah doa dalam keseharian kita untuk saudara-saudara kita di Palestina, terkhusus di kota Gaza. Karena mungkin, sekali lagi mungkin doa dari kita akan mempercepat datangnya pertolongan Allah SWT kepada saudara-saudara kita di Palestina.

Karena seperti kebijaksanaan hidup telah mengajari kita "kalau kita tidak bisa apa-apa, juga tidak bisa memberikan apa-apa, maka sekali-kali jangan pelit dalam memberikan doa. Yach! paling tidak kita mampu memberikan bantuan doa kepada mereka yang sedang ditimpa ujian keimanan ini.

(SOLO-JAWA TENGAH)

MINGGU TERAKHIR

Sekarang hari Selasa, 13 Januari 2009, berarti tinggal 4 hari membagi kesempatan untuk meninggalkan Karanganyar tanpa banyak "hutang' yang ku tanggung. Hutang yang selama minggu terakhir ini coba kukejar penyelesaiaanya. Sangat sempit memang, dan berjibun hutang pula. Tapi aku optimis minggu terakhir di Karanganyar ini akan menjadi minggu yang menantang. Juga minggu yang akan ku rindukan dari jauh sana. Karena Minggu-minggu seperti inilah yang selama ini menemaniku dalam menatap matahari bahkan menentangnya dengan tubuh lemah ini. Ya ini minggu terakhir sebelum aku "merantau sementara di negeri melayu". Hari Minggu 18 Januari besok kami, aku dan 8 orang temanku, akan berangkat pagi ke "perantauan". Pergi ke Malaysia dalam rangka "refreshing". Itu bahasaku dalan menyebut kegiatan student exchange selama sebulan di Universitas Utara Malaysia (UUM) di negara bagian paling utara, Kedah Malaysia.

(SOLO-JAWA TENGAH)