28 Januari 2009

AKU DAN DIA

Ada seseorang yang membayang kuat ketika aku mencoba mereview segala kenangan selama satu bulan terakhir ini. Seseorang yang sangat berkesan dalam memori batinku. Seseorang yang meninggalkan daya pikat di hatiku sehingga sukar melupakannya. Saat bayangan itu hadir aku merasakan kerinduan yang teramat dalam kepadanya. Kerinduan untuk dapat merasakan kembali saat-saat bersamanya. Kerinduan untuk dapat bertegur sapa dan memandang senyumnya. Kerinduan seorang kawan kepada "kekasihnya".

Bayangan itu tentang dia, seorang kawan yang pernah bersama-sama bahu membahu dalam berbagai aktivitas di kampus selama empat tahun ini. seorang kawan yang memberi makna teramat dalam di sanubariku. Kami, aku dan dia, adalah sebagian dari orang-orang yang ditakdirkan bertemu, dan di takdirkan pula untuk berada dalam jalan yang sama. Jalan pilihan bagi kami yang meyakininya. Bergerak bersama dalam suka dan dukanya perjuangan. Bersaudara dan saling mencintai dalam indahnya keragaman. Dan kami sangat bersyukur untuk hal itu. Meski banyak pengorbanan yang musti di bayar, namun hal itu adalah konskuensi yang sedari awal telah kami sadari. Ibarat pepatah "tiada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tiada pengorbanan tanpa keikhlasan", bersama-sama kami belajar mengikhlaskan hati menerima resiko perjuangan. Dan alhamdulillah sampai saat ini kami masih mampu bertahan. bertahan untuk bersama di tengah kepungan masalah, kelemahan dan godaan. Bertahan dengan saling meneguhkan. Bertahan dengan saling meringankan. Bertahan dengan memupuk pengertian. Merajut dan menebar jala cinta. Merangkai dan menyemai ikatan rindu. Membangun kukuh pondasi dan bangunan hati.

Kami adalah sebagian dari orang-orang yang mencoba memadukan perbedaan dalam sebuah wadah kesatuan. Yang merangkai kesepakatan dalam serakan perpecahan. Karena dari awal kami memang berbeda dalam berbagai hal. Perbedaan itulah yang mempertemukan kami dan menyatukannya. Perbedaan yang menambah kaya diri dengan keikhlasan, ketulusan dan kemuliaan. Perbedaan yang berakhir dengan kekuatan dan semangat.

Menurutku itulah berkah dan nikmat yang didapatkan oleh orang-orang yang mencintai dan membenci karena aqidah dan keimanan yang benar. Mereka senantiasa mendapatkan luapan kebahagian dan ketentraman. Mereka ibarat "sepasang kekasih" yang senantiasa seiring selangkah menggapai pelabuhan abadi. Tak pernah berpisah dan bertukar jalan. Mereka itulah orang-orang yang bercinta dengan kesetiaan, tanggung jawab dan pengabdian.

Yang pasti dia sangat berarti bagi diriku. Sepenuh jiwa aku mengasihinya. Seorang kawan yang kini jauh dimata. Dan akan bertemu entah kapan waktunya. Dalam kerinduan ini tak dapat ku tahankan ketika bibirku secara perlahan-lahan mendendangkan lagu : "kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku...kepadamu teman...atas ikatan ukhuwah yang tersimpul padu...suka duka bersamamu...tak kan kulupa walau badai melanda...walau bercerai jasad dan nyawa..." (BROTHERS :Untukmu Teman).

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

1 komentar:

  1. kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup itu terkadang menyakitkan

    BalasHapus