12 Februari 2009

CITA RASA ITU BERNAMA DEWASA

Dewasa, sebuah kata yang familiar ditelinga kita. Kata yang didalamnya mengandung makna yang tinggi, prestise dan sentimentil. Semua orang menginginkannya. Semua orang mendambakan dirinya disebut dengan kata itu. Tanpa kata itu, belum lengkaplah seorang dipandang dan memandang dirinya. Ia adalah nilai intrinsik seorang manusia yang bisa ada dimana-mana tetapi lagi-lagi tidak setiap orang dapat memilikinya.

Saya termasuk salah satu orang yang terusik dengan kata itu. Banyak bertanya, menyimak dan sedikit mencoba bagaimana sih sebenarnya citarasa yang bernama dewasa itu. Setelah beberapa waktu akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan : DEWASA itu ternyata GGS (gampang-gampang susah). Kenapa GGS?

Pertama sekali saya katakan saya bukanlah seorang yang memahami disiplin ilmu psikologi dengan baik. Sehingga kalau nanti salah dipandang dari kaca mata ilmu psikologi mohon untuk dimaafkan. Menurut saya - mungkin anda juga- dewasa tak selalu berbanding lurus dengan usia. Adakalanya usia tidak menyumbang kontribusi signifikan pada derajad kedewasaan seseorang. Pada beberapa kasus, orang yang dikategorikan dewasa justru orang yang berusia belasan tahun- kita sering menggelari mereka dengan sebutan ANAK INGUSAN- , dan beberapa orang diatas usia 20 dan 30-an masih dikategorikan bersifat kekanak-kanakan, manja dan sering ngambek. Secara pribadi saya mempunyai seorang teman yang kini berusia 24 tahun dan beliau termasuk kategori yang kedua ini.

Contoh ini tentu saja belum mewakili dan tolong digaris bawahi saya tidak hendak mengatakan bahwa dewasa itu tidak ada kaitanya sama sekali dengan usia. Korelasi antara dewasa dan usia tetaplah ada, tetapi sekali lagi usia kadang tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap derajad kedewasaan seseorang. Jadi yang ingin saya tegaskan disini ialah patokan usia untuk menentukan seseorang sudah dewasa atau belum tidaklah dapat serta merta digunakan.

So bagaimana untuk menentukan secara "akurat" seseorang sudah dewasa atau belum? Sengaja kata akurat saya beri tanda petik karena itu adalah semata-mata pandangan subyektif saya yang potensial salah. Jawaban yang saya dapatkan adalah sangat klise : DENGAN PARAMETER SIKAP. Atau dengan kata lain : LIHAT SIKAPNYA DALAM MENGHADAPI BERBAGAI PERSOALAN YANG ADA.

Seseorang yang dewasa akan bersikap secara dewasa pula, begitu juga sebaliknya. Sikap adalah manifestasi secara kasat mata derajad kedewasaan seseorang. Ia adalah hasil perpaduan yang harmonis antara hati, pikiran dan perasaan dalam merespon segala hal yang dihadapi oleh pemiliknya. Dengan melihat sikapnya kita akan mengetahui dengan jauh lebih valid seseorang itu sudah dewasa atau belum. Singkatnya sikap seseorang menunjukan sifat seseorang itu.

Sedangkan kalau kita telisik lebih jauh, sikap tidak lebih daripada operasional dari kata hati, perasaan, dan pikiran seseorang akan sesuatu. Sehingga dengan demikian dapat kita katakan : dewasa berbanding lurus dengan sikap, sikap berbanding lurus dengan apa kata hati, perasaan dan pikiran kita. Kalimat ini adalah kunci utama untuk mengetahui dan menjadi dewasa. inilah rahasianya. what? Mana bisa?

Makanya di awal saya mengatakan bahwa menjadi dewasa itu GGS (gampang-gampang susah). Karena ternyata kunci dan rahasia dewasa ada pada : HATI, PERASAAN dan PIKIRAN kita. Menurut saya selama kita mampu mengendalikan dan mengarahkan hati, perasaan dan pikiran kita maka sikap kita akan tertata, semakin tertata sikap kita maka... anda jawab sendirilah. Jadi pointnya ada pada kata pengendalian dan pengarahan atau dalam bahasa kerennya : menejemen. Menejemen hati, perasaan, dan pikiran kita. Itu operasinya.

Semakin bagus menejemen hati, perasaan dan pikiran kita, maka semakin bagus pula sikap kita. Semakin bagus sikap kita, semakin tinggi derajad kedewasaan kita. Dan inilah yang GGS itu. Sebab hati, perasaan dan pikiran itu instabil, fluktuatif, dan mudah berubah. Jalan satu-satunya menejemen hati, perasaan, dan pikiran hanya dengan sering melatihnya untuk dapat bersifat stabil, bersabar dan teguh pendirian. Tentunya ini harus diiringi pengorbanan dan dengan apa yang disebut ilmu ikhlas. Dan lagi-lagi ilmu ikhlas ini juga masuk kategori GGS tadi. anda tentu pernah melihat sinetron "Kiamat Sudah Dekat" bukan?

So, setelah kita mengerti apa yang hendak kita lakukan? Saya tidak bisa memaksa. Itu terserah kita. Anda dan saya punya kebebasan untuk memilih. Tetap seperti ini alias tidak atau belum dewasa atau memilih menjadi dewasa dengan jalan memperkuat dan melatih kemampuan menejemen hati, perasaan dan pikiran kita.

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar