09 Februari 2009

BUNGA-BUNGA TERUS BERSEMI

Saya sangat bersyukur diusia yang tiada lagi remaja ini perasaan saya semakin mantap. Optimisme dan antusiasme perjuangan yang dulu ditanamkan kini semakin berkecambah. Memandang masa depan dengan sepenuh harapan dan kepercayaan diri. Ternyata "gemblengan kesukaran" yang menjadi menu sehari-hari dahulu berbuah vitalitas yang sukar terpatahkan dimasa kini. Tanpa kesukaran adalah mustahil kita akan mampu menyelami manisnya keberhasilan dan kemudahan. Sebab tiada "keberhasilan tanpa pengorbanan, dan tiada pengorbanan tanpa kesukaran". Apalagi kita akan terus dihadapkan pada variasi realitas kehidupan sepanjang hayat. Variasi realitas kehidupan yang tiada terduga yang mesti kita hadapi siap tidak siap, sanggup tidak sanggup. Atau lebih tepatnya variasi kehidupan yang tiada pernah dapat kita duga. Siapakah yang dapat menduga apa yang ia dapatkan nanti, besok atau lusa?

Bagi saya variasi realitas kehidupan yang tiada terduga memang menjadi perjalanan yang teramat menantang. Arus kehidupan yang selalu berubah adalah anugerah yang tak akan pernah menjemukan untuk terus di takhlukan. Ia selalu menjelma secara evolutif dalam setiap perpindahan derajat kedewasaan kita. Derajat kedewasaan yang mengukur seberapa besar kekuatan jiwa kita untuk mampu menundukkan setiap fenomena kehidupan yang kita hadapi. Betapa kita sadari fenomena kehidupan itu terkadang menjadi monster ganas yang siap menerkam kita, menyudutkan kita dalam posisi yang sulit dan penderitaan, tapi kadang juga menjadi bidadari anggun yang begitu menawan membuat kita merasa bahagia dan terlena. Lain waktu berubah menjadi monster dan bidadari yang memaksa kita mengecap dilema. Itulah "menu-menu wajib" bagi pengemban amanah tuhan yang bahkan bumi, langit, dan gunung pun tak pernah sanggup menerimanya.

Sekali lagi kekuatan jiwa dalam mengarungi samudera kehidupan begitu menentukan. Determinasinya yang pasti menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu berbahagialah bagi siapa saja yang dalam rentang kehidupannya teruji kekuatan jiwanya. Ia kukuh bertahan meski badai kehidupan datang melandanya. Badai sekuat apapun tidak akan pernah mampu mengkaramkan bahtera dirinya dalam melayari samudera kehidupan.

Tentunya tidak mudah mendapatkan kekuatan jiwa, dan menurut saya tidak setiap orang mampu mendapatkanya dengan sempurna. Hanya orang-orang yang siap dan terbiasa menerima "gemblengan kesukaran" yang akan mendapatkannya dengan sempurna. Bagi orang yang enggan dan lari dari gemblengan itu, maka ia mungkin tidak akan mendapatkanya sama sekali, atau jika mendapatkannya hanya dalam skala yang kecil yang mudah hilang.

Tapi sejujurnya saya tidak tahu, dalam derajad kedewasaan saya sekarang ini apakah saya sudah mempunyai kekuatan jiwa yang kukuh. Yang pasti saya mencoba menikmati setiap "gemblengan kesukaran" itu dengan keikhlasan hati agar derajad kedewasaan saya berbanding lurus dengan kekuatan jiwa yang ada. Itu berarti semakin tinggi derajad kedewasaan saya, harus semakin tinggi pula kekuatan jiwa yang saya miliki. Dan semakin tinggi kekuatan jiwa itu tentu kesempurnaanya-just a matter of time-. Ibarat bunga, ia akan terus bersemi memproduksi keindahan dan keharuman yang semakin memikat pandangan mata.

Bagaimana dengan anda?

(COLGIS-UUM-KEDAH-MALAYSIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar