29 Maret 2009

SEBUAH PUISI : KASIH ITU PERGI PAGI INI

Saya termasuk salah seorang yang sangat menyukai sastra. Karena sastra ternyata mempunyai daya dobrak yang sangat "powerfull" sekaligus menjadi ajang sejuta ekspresi dan eksplorasi makna. Baik simbolis ataupun vulgaris, tergantung kehendak si penulis. Seperti kata Umar ia mampu merubah seorang penakut menjadi singa yang pemberani, makanya Umar menyuruh "kita" (orang tua dan juga kita para bachelor kalau nanti sudah nikah dan punya anak maksudnya) agar mengajarkan sastra kepada anak-anaknya.

Salah satu bentuk karya sastra kesukaan saya adalah puisi. Sebab dalam berpuisi kita mampu menghadirkan berbagai macam ekspresi dan eksplorasi makna tanpa merasa terbatasi dengan aturan kalimat yang baik dan benar. Bisa yang implisit atau yang eksplisit dengan segala macam tema/maksud seperti : curhat, mengkritik, menyindir, memberikan pujian, menggambarkan perasaan hati, teka-teki, etc.

Dan untuk sekedar diketahui saya sudah produktif menulis puisi sejak dari kelas 1 SMA. Tentunya dengan beragam tema/maksud seperti diatas. Sudah beratus-ratus banyaknya. Tersebar di beberapa buku dan puluhan lembaran kertas yang sekarang sudah agak kumal tetapi tetap tersimpan dengan baik. Memang beberapa kali sempat saya kirimkan ke media, tetapi alhamdulillah belum ada yang tembus. Saya berniat sekiranya sudah longgar nanti puisi-puisi yang berserakan itu akan saya kumpulkan jadi satu. Jadi sebuah bunga rampai atau antologi puisi gitu. Kita lihat nanti sajalah bagaimana kesudahan rencana "besar" itu. He..he..he

Salah satu tema/maksud yang sering saya tulis adalah kritik sosial politik sebagaimana puisinya Gus Mus yang sudah saya upload di blog ini beberapa waktu yang lalu. Dan beberapa puisi ini memang sudah pernah saya publikasikan di blog friendster saya. Bisa jadi anda sudah pernah membacanya.

Insya Allah semua puisi itu akan saya replace ke sini agar bisa teraktualisasi dan dinikmati kembali oleh kita semua. Dan yang saya pilih untuk pertama adalah KASIH ITU PERGI PAGI INI. Kalau sekiranya anda berkenan memberikan saran, kritik atau tafsiran mengenai puisi ini, saya persilahkan dengan seluas-luasnya. Jangan malu-malu kirim saja di komen. Siapa tahu kita menjadi partner berdiskusi dalam berpuisi yang akrab.

Dan akhirnya mari kita simak puisi itu!

***

KASIH ITU PERGI PAGI INI

Sungguh bapa!
kau pecundangi harapan-harapan tulus
dari wajah-wajah resah
menunggu gerimis saat kemarau tiada ujung
berganti tangisan
tak ada bahagia menyaput
kasih sayang memeluk tubuh tak juakan sampai

Putus itu janjimu bapa!
belumlah genap dimengerti, belumlah genap merasakan getir kecewa
ini benar-benar bukanlan kau dahulu
saat teduh wajahmu memancarkan ketenangan
senyummu pernah menentrankan hati
kharisma yang membuat luruh amarah dan benci
sungguh ia sudah pergi

Dan apakah kini bapa?
tak lagi terbersit, harapan-harapan yang pernah kau sambut
untuk sekadar dijawab dengan santun
yang lembut membuai gejolak pedih ini....

***

(JEBRES-SOLO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar