19 Januari 2009

DROP OUT

Orang itu sesaat termangu. Hatinya jatuh terpukul. Ia tidak menduga sama sekali opsi itu yang akan di lontarkan kepadanya. Dan ia harus menerima, tidak bisa menolak sama sekali. hari itu Ia resmi dikeluarkan. Berjalan dilingkar luar yang asing baginya. Hal yang belum pernah ia lakukan selama empat tahun ini. Ia tidak tahu kemana akan membawa kakinya melangkah setelah hari itu. Ia ditikam kebingungan. Meskipun perasaannya yang galau itu dapat disembunyikannya dengan sempurna, ia tidak dapat memungkiri bahwa ia merasa “kecewa”.

Mengapa? Ia bertanya-tanya sendirian dalam pikirannya. Apa kesalahanku? Kalau aku telah membuat kesalahan, seberapa besar kesalahanku sampai aku tidak dimaafkan dan akhirnya di keluarkan? Apakah semua ini akibat kelalaianku selama ini yang mulai menjemukan? Apakah ini akibat miskinnya sumbangsih yang aku berikan dalam mengemban tugas-tugasku yang selalu keteter? Atau karena apakah?

Ia terus bertanya-tanya tanpa jawaban. Dan tak mungkin ia bertanya kepada siapapun. Termasuk kepada orang yang menyampaikan keputusan itu, karena ia takkan mendapat jawaban sebagaimana yang ia inginkan. Sekedar jawaban mungkin iya, tetapi jawaban yang memuaskan tidak akan. Ia sadar melakukan hal itu malah akan menambah besar rasa penasarannya, penasaran yang akhirnya menjadikan “sakit” dan “membunuhnya”.

Ia berpikir, mencoba mencari jalan dalam kebingungannya. bahkan setan sempat membisikan kata-kata kehatinya. kalau demikian mengapa tidak sekalian saja Kau menghilang? Toh kau sudah dianggap tidak ada. Bertemu atau tidak sama saja, takkan ada lagi pengaruhnya. “Tidak”. Hati dan perbuatannya tegas menolak. “Aku bukan bangsa orang yang berpikiran kerdil macam pengecut. Biarlah aku dikeluarkan, tetapi aku ingin tetap memperlihatkan ketegaran jiwaku. Memperlihatkan bahwa aku mampu menerimanya dengan tersenyum. bahwa aku tetap bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama. Aku akan tetap bersama mereka."


Kesadarannya mulai terbuka, hatinya berkata jernih tanpa dikobari emosi.
Akhirnya ia memutuskan untuk merenung, mencoba menghitung-hitung dirinya dengan teliti. Sedapat-dapatnya ia ingin menemukan alasan-alasan logis yang akan membenarkan bahwa keputusan itu yang paling tepat untuknya, bahwa apa yang ia dapatkan itu sudah sepantasnya ia terima, bahwa ia memang sedang dihukum karena kesalahan-kesalahannya. Dan barangkali inilah yang terbaik bagi keadaannya saat ini.

(KARANGANYAR-JAWA TENGAH)

2 komentar:

  1. subhanallah, it's a great article akhi..
    keep writing and be producitve ^_^

    BalasHapus
  2. siap maz..bimbinganya aja di tunggu selalu..

    BalasHapus