26 Januari 2009

JGN SALAHKAN AKU BILA MENINGGALKANMU

Menjelang perhelatan politik akbar di negara kita pada bulan April dan Juli nanti fenomena pemasangan atribut partai sebagai sarana kampanye begitu marak dimana-mana. Dari pinggir jalan besar yang ramai dilalui kendaraan sampai jalan kampung yang sepi, pemandangan tersebut sangat lazim ditemui. Semua partai politik berlomba-lomba untuk memperkenalkan dirinya kepada publik. Karena banyaknya atribut yang dipasang kadang-kadang membuat suasana dan pemandangan semakin semrawut. Apalagi penataannya kadang juga asal-asalan tidak memperhatikan keindahan dan kerapian lingkungan.

Begitu juga yang saya temui di sepanjang jalan antara Jumapolo-Karanganyar-Solo. setiap hari sewaktu saya berangkat dari rumah ke kampus UNS, maupun saat pulang banyak saya temui perangkat kampanye dari berbagai jenis yang dipasang oleh parpol tertentu berderet-deret menyapa pemandangan mata setiap orang yang melintas. Ada yang berupa bendera, spanduk, baliho, banner dan juga poster. Menurut saya pemasangan ini menambah semarak suasana kompetisi antar parpol dalam berlaga nanti.

Tetapi yang menjadi pemikiran saya adalah seberapa efektif pemasangan atribut parpol tersebut untuk menggaet pemilih? Apakah atribut tersebut dapat secara mudah mengarahkan orang yang melihatnya untuk memilihnya? Saya pikir rata-rata masyarakat kita sudah punya pilihan tetap. Dalam bahasa saya mereka sudah punya "pujaan hatinya" masing-masing. Karena kebanyakan dari kita adalah pemilih tradisional yang mempertahankan pilihannya pada tradisi yang sudah-sudah atau berdasarkan kebiasaan, lingkungan dan figur yang tampil. Sehingga dengan demikian sangat sukar mengharapkan mereka "berpindah kelain hati" dengan hanya melihat atribut parpol saja. Terlebih-lebih bagi parpol baru yang belum dikenal luas oleh publik.

Dalam pandangan saya, memang pemasangan atribut parpol tertentu sangat kecil kontribusinya untuk mengarahkan pemilih memilih parpol tersebut. Sehingga harus ditempuh cara yang lebih mengena untuk mendapatkan pemilih baru dalam jumlah banyak. Salah satunya mungkin dengan direct selling, yaitu melaksanakan kampanye dan pemrospekan langsung door to door. Cara ini menurut saya lebih mengena dan menyentuh. Apalagi bagi orang jawa yang senang kalo di kunjungi dan diperhatikan. Syaratnya harus dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan.

Dengan direct selling secara teratur dan berkelanjutan ini akan lebih mudah untuk memperkenalkan parpol bersangkutan kepada pemilih. Sekaligus mengetahui sejauh mana keterterimaan parpol tersebut oleh mereka. Dan ending-nya mengarahkan mereka untuk memilih parpol tersebut pada waktu pemilihan di gelar. Memang sistem ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran tingkat tinggi, disamping juga memakan waktu yang tidak sedikit. Tetapi hasilnya jauh lebih signifikan dari pada sekedar memasang atribut sebagai sarana kampanye. Dengan melaksanakan direct selling secara teratur dan berkelanjutan sangat besar kemungkinan pemilih yang dahulunya sudah mempunyai pilihan berpindah kepartai yang bersangkutan.

Satu pesan saya kepada partai yang masih mempertahankan dan mengandalkan pola kampanye tradisional : "jangan terkejut dan menyalahkan pemilih tradisional anda kalau mereka beralih kepartai yang lain sebab terkena pikat direct selling yang dilakukannya". Karena jaman sudah berubah dan para pemilih semakin cerdas melihat realita. tradisi dan figuritas tidak lagi dapat menjamin loyalitas pemilih seperti dahulu.

Persis seperti nyanyiannya Amir UKS ( Salah satu grup band Slow Rock asal Malaysia favorit saya) : "TAK PERLU...KAU DATANG LAGI...NYATA ATAU MIMPI...KERNA BAGIKU...SEMUA YANG BERLALU...BIAR BERLALU...JANGAN PULA NANTI...KAU SALAHKAN AKU...KERNA MENINGGALKANMU...JANGAN PULA NANTI...KAU SALAHKAN AKU...KERNA MENINGGALKANMU"

(KOLEJ BUKIT KACHI-SINTOK-KEDAH-MALAYSIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar